Tahun 221 sebelum masehi Kekaisaran Qin berdiri setelah
melalui peperangan sengit selama 13 tahun. Para jenderal Qin menghabisi
satu-satu kerajaan lawan mereka dengan kejam.
Qin Shi Huang naik tahta. Kekuasaannya mutlak membentang
nyaris di seluruh daratan China. Dia mengangkat dirinya sebagai perwakilan
langit di bumi. Artinya kata-katanya adalah hukum yang harus dipatuhi. Tak ada
yang berani menentang Kaisar Qin.
Setelah seluruh lawannya musnah, hanya satu yang
ditakutinya. Menjadi tua dan mati.
Maka dia memerintahkan orang-orang untuk mencari pil abadi
yang akan membuatnya hidup selamanya. Namun tragis, konon pil yang
dikonsumsinya itu mengandung merkuri dan malah membuat Sang Kaisar sekarat.
Merasa hidupnya di ujung tanduk, Qin Shi Huang meminta agar
putera sulungnya yang bernama Pangeran Fusu pulang ke ibu kota. Hubungan ayah
anak ini tak akur setelah Fusu membela para sarjana yang akan dibunuh ayahnya.
Dia dibuang ke perbatasan untuk menghadapi suku-suku berkuda.
Dari sinilah tragedi itu dimulai. Kaisar yang sedang
melakukan perjalanan keliling China keburu tewas. Tak ada yang tahu soal ini
selain Zhao Gao, seorang kasim kepercayaan kaisar.
Zhao Gao, adalah kasim serakah yang sangat dipercaya oleh
Qin Shi Huang selama hidupnya. Zhao tahu jika Pangeran Fusu naik tahta, pasti
dia akan dipenggal. Fusu dikenal sebagai pangeran yang cerdas dan tegas, dia
juga berintegritas.
Maka Zhao Gao bersepakat dengan Perdana Menteri Li Si.
Mereka memalsukan titah Kaisar dan memerintahkan Pangeran Fusu bunuh diri.
Sebagai penggantinya Zhao Gao menunjuk Pangeran Huhai.
Huhai adalah kebalikan Fusu. Dia tak punya kemampuan, lemah
dan doyan main perempuan. Setelah naik tahta, kerjaannya hanya mabuk dan
berbuat mesum di Istana. Urusan negara diserahkannya pada Zhao Gao.
Zhao Gao jadi orang paling berkuasa di kekaisaran itu. Tak
ada yang boleh menemui Kaisar selain melewatinya. Dia memutuskan semua hal atas
nama kaisar.
Dalam sebuah jamuan makan, Zhao mengundang Kaisar dan para
menteri. Dia membawa seekor rusa ke hadapan Kaisar.
"Lihat Kaisar, saya membawa seekor kuda yang sangat
indah," kata Zhao Gao.
Kaisar tertawa. "Tuan penasihat pasti salah. Ini seekor
rusa, bukan kuda. Tentu para pejabat juga melihat seekor kuda kan?"
Para pejabat lebih memilih diam. Ada yang membenarkan ucapan
Zhao Gao dan menyebut Rusa itu seekor kuda. Ada juga yang berteriak lantang
menyebut Zhao Gao pembohong.
Seusai jamuan makan. Zhao Gao membantai semua pejabat yang
menentangnya soal rusa tadi. Maka lahirlah peribahasa China "Menyebut Rusa
sebagai Kuda".
Kematian
Zhao Gao
Kondisi negara makin buruk. Zhao Gao menindas rakyat dan
membebankan pajak yang tinggi. Kelaparan terjadi di banyak wilayah. Ladang tak
terurus karena para pria dikirim untuk kerja paksa membangun benteng dan
istana.
Bibit-bibit pemberontakan muncul di mana-mana. Orang pertama
yang memimpin pemberontakan adalah Chen Sheng dan Wu Guan. Mereka adalah
tentara kerajaan yang ditugaskan untuk membantu pertahanan di Yuyang. Karena
terjebak hujan deras dan banjir mereka datang terlambat.
Hukum yang berlaku di Kekaisaran adalah seluruh prajurit
yang terlambat akan dihukum mati. Kepalang tanggung, Cheng Sheng memilih
memberontak sekalian daripada dihukum mati.
"Menyerahkan diri kita pasti mati, lebih baik kita
melawan dan mati terhormat," katanya membakar semangat kawan-kawannya.
Pemberontakan ini segera berkobar dan mendapat banyak
simpati rakyat. Mereka mendesak pasukan kekaisaran yang lemah.
Sementara itu kondisi di istana makin tak karuan. Zhao Gao
memotong tubuh Perdana Menteri Li Si menjadi lima bagian. Dia juga membunuh
Kaisar Huhai dan memberikan tahta pada Pangeran Ziying. Ziying adalah putra
Pangeran Fusu yang dulu dipaksa bunuh diri dengan surat palsu oleh Zhao Gao.
Ziying tahu dia juga pasti akan dibunuh oleh Zhao Gao. Maka
dia bersiasat. Ziying berpura-pura sakit dan tak menghadiri upacara
penobatannya sebagai kaisar ketiga. Zhao Gao yang marah berniat menjemput
Ziying dari kamar tidurnya.
Saat dia membalikkan tubuh Ziying, sang pangeran langsung
menikamnya dengan pisau. Berakhirlah hidup sang pengkhianat itu.
Akhir Dinasti Qin
Ziying sadar Dinasti Qin yang dibangun kakeknya hampir
menemui ajal. Tentara Qin terdesak dimana-mana. Pasukan pemberontak yang
dipimpin oleh Liu Bang dan Xian Yu sudah hampir mencapai gerbang ibu kota.
Mereka berlomba menjadi yang pertama masuk ke Xianyang.
"Kita hidup di saat yang salah," kata pangeran
muda itu lirih.
Ziying kemudian menyerah pada Liu Bang. Dia memberikan
stempel kekaisaran pada penakluk Dinasti Qin itu. Liu Bang bermurah hati. Dia
mengampuni seluruh bangsawan Qin yang menyerah.
Tindakan Xian Yu kebalikannya. Marah dikalahkan Liu Bang,
Xian Yu masuk ke ibu kota dengan mengerahkan pasukannya. Dia membantai Pangeran
Ziying dan seluruh keluarganya. Panglima Perang ini juga membakar habis Istana
Kekaisaran hingga apinya menyala selama tiga bulan.
Berakhirlah kisah gemilang Dinasti Qin yang hanya bertahan
kurang dari 14 tahun. kerja keras Qin Shi Huang menyatukan seluruh China hancur
lebur gara-gara ulah Zhao Gao, Li Si dan Kaisar Huhai yang mesum.
Kelak Liu Bang mengalahkan Xian Yu dan mendirikan Dinasti
Han. [ian]
Sumber : https://www.merdeka.com
No comments:
Post a Comment