Friday, February 15, 2019

sosok pengkhianat terbesar sepanjang sejarah China




Tahun 221 sebelum masehi Kekaisaran Qin berdiri setelah melalui peperangan sengit selama 13 tahun. Para jenderal Qin menghabisi satu-satu kerajaan lawan mereka dengan kejam.

Qin Shi Huang naik tahta. Kekuasaannya mutlak membentang nyaris di seluruh daratan China. Dia mengangkat dirinya sebagai perwakilan langit di bumi. Artinya kata-katanya adalah hukum yang harus dipatuhi. Tak ada yang berani menentang Kaisar Qin.

Setelah seluruh lawannya musnah, hanya satu yang ditakutinya. Menjadi tua dan mati.

Maka dia memerintahkan orang-orang untuk mencari pil abadi yang akan membuatnya hidup selamanya. Namun tragis, konon pil yang dikonsumsinya itu mengandung merkuri dan malah membuat Sang Kaisar sekarat.
Merasa hidupnya di ujung tanduk, Qin Shi Huang meminta agar putera sulungnya yang bernama Pangeran Fusu pulang ke ibu kota. Hubungan ayah anak ini tak akur setelah Fusu membela para sarjana yang akan dibunuh ayahnya. Dia dibuang ke perbatasan untuk menghadapi suku-suku berkuda.

Dari sinilah tragedi itu dimulai. Kaisar yang sedang melakukan perjalanan keliling China keburu tewas. Tak ada yang tahu soal ini selain Zhao Gao, seorang kasim kepercayaan kaisar.

Zhao Gao, adalah kasim serakah yang sangat dipercaya oleh Qin Shi Huang selama hidupnya. Zhao tahu jika Pangeran Fusu naik tahta, pasti dia akan dipenggal. Fusu dikenal sebagai pangeran yang cerdas dan tegas, dia juga berintegritas.

Maka Zhao Gao bersepakat dengan Perdana Menteri Li Si. Mereka memalsukan titah Kaisar dan memerintahkan Pangeran Fusu bunuh diri. Sebagai penggantinya Zhao Gao menunjuk Pangeran Huhai.

Huhai adalah kebalikan Fusu. Dia tak punya kemampuan, lemah dan doyan main perempuan. Setelah naik tahta, kerjaannya hanya mabuk dan berbuat mesum di Istana. Urusan negara diserahkannya pada Zhao Gao.

Zhao Gao jadi orang paling berkuasa di kekaisaran itu. Tak ada yang boleh menemui Kaisar selain melewatinya. Dia memutuskan semua hal atas nama kaisar.

Dalam sebuah jamuan makan, Zhao mengundang Kaisar dan para menteri. Dia membawa seekor rusa ke hadapan Kaisar.

"Lihat Kaisar, saya membawa seekor kuda yang sangat indah," kata Zhao Gao.

Kaisar tertawa. "Tuan penasihat pasti salah. Ini seekor rusa, bukan kuda. Tentu para pejabat juga melihat seekor kuda kan?"

Para pejabat lebih memilih diam. Ada yang membenarkan ucapan Zhao Gao dan menyebut Rusa itu seekor kuda. Ada juga yang berteriak lantang menyebut Zhao Gao pembohong.

Seusai jamuan makan. Zhao Gao membantai semua pejabat yang menentangnya soal rusa tadi. Maka lahirlah peribahasa China "Menyebut Rusa sebagai Kuda".

Kematian Zhao Gao

Kondisi negara makin buruk. Zhao Gao menindas rakyat dan membebankan pajak yang tinggi. Kelaparan terjadi di banyak wilayah. Ladang tak terurus karena para pria dikirim untuk kerja paksa membangun benteng dan istana.

Bibit-bibit pemberontakan muncul di mana-mana. Orang pertama yang memimpin pemberontakan adalah Chen Sheng dan Wu Guan. Mereka adalah tentara kerajaan yang ditugaskan untuk membantu pertahanan di Yuyang. Karena terjebak hujan deras dan banjir mereka datang terlambat.

Hukum yang berlaku di Kekaisaran adalah seluruh prajurit yang terlambat akan dihukum mati. Kepalang tanggung, Cheng Sheng memilih memberontak sekalian daripada dihukum mati.

"Menyerahkan diri kita pasti mati, lebih baik kita melawan dan mati terhormat," katanya membakar semangat kawan-kawannya.

Pemberontakan ini segera berkobar dan mendapat banyak simpati rakyat. Mereka mendesak pasukan kekaisaran yang lemah.

Sementara itu kondisi di istana makin tak karuan. Zhao Gao memotong tubuh Perdana Menteri Li Si menjadi lima bagian. Dia juga membunuh Kaisar Huhai dan memberikan tahta pada Pangeran Ziying. Ziying adalah putra Pangeran Fusu yang dulu dipaksa bunuh diri dengan surat palsu oleh Zhao Gao.

Ziying tahu dia juga pasti akan dibunuh oleh Zhao Gao. Maka dia bersiasat. Ziying berpura-pura sakit dan tak menghadiri upacara penobatannya sebagai kaisar ketiga. Zhao Gao yang marah berniat menjemput Ziying dari kamar tidurnya.

Saat dia membalikkan tubuh Ziying, sang pangeran langsung menikamnya dengan pisau. Berakhirlah hidup sang pengkhianat itu.

Akhir Dinasti Qin

Ziying sadar Dinasti Qin yang dibangun kakeknya hampir menemui ajal. Tentara Qin terdesak dimana-mana. Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Liu Bang dan Xian Yu sudah hampir mencapai gerbang ibu kota. Mereka berlomba menjadi yang pertama masuk ke Xianyang.

"Kita hidup di saat yang salah," kata pangeran muda itu lirih.

Ziying kemudian menyerah pada Liu Bang. Dia memberikan stempel kekaisaran pada penakluk Dinasti Qin itu. Liu Bang bermurah hati. Dia mengampuni seluruh bangsawan Qin yang menyerah.

Tindakan Xian Yu kebalikannya. Marah dikalahkan Liu Bang, Xian Yu masuk ke ibu kota dengan mengerahkan pasukannya. Dia membantai Pangeran Ziying dan seluruh keluarganya. Panglima Perang ini juga membakar habis Istana Kekaisaran hingga apinya menyala selama tiga bulan.

Berakhirlah kisah gemilang Dinasti Qin yang hanya bertahan kurang dari 14 tahun. kerja keras Qin Shi Huang menyatukan seluruh China hancur lebur gara-gara ulah Zhao Gao, Li Si dan Kaisar Huhai yang mesum.

Kelak Liu Bang mengalahkan Xian Yu dan mendirikan Dinasti Han. [ian]

Sumber : https://www.merdeka.com

No comments:

AI

  Bagaimana Cara Kerja Kecerdasan Buatan AI bekerja dengan menggabungkan sejumlah besar data dengan cepat, pengolahan berulang, dan algori...