Pelantikan mentri dan setingkat
mentri pada Rabu 23 oktober 2019 pukul 08.30 WIB. Pada pukul 10.30 WIB, membuat
banyak pihak kecewa bahkan sangat kecewa, ada yang kecewa karena mentri “Jagoannya”
tidak terpilih lagi, ada yang kecewa karena mengapa Jokowi memilih Prabowo dan
banyak yang kecewa kenapa prabowo masuk ke kabinet Jokowi, yang paling parah
kecewanya karena dirinya tidak terpilih oleh Jokowi, padahal merasa “berkeringat”
mendukung Jokowi. Tapi katanya ada juga yang menolak tawaran Jokowi masuk ke
kabinet Jokowi – Ma’ruf, ini yang paling keren.
Dari yang merasa “Berkeringat”
sampai yang babak belur beneran semuanya minta imbalan, sedikit yang merasa
puas tapi sangat tidak sedikit yang merasa kecewa, apalagi yang sampai
dipenjara akibat dukungan membabi buta, mendukung secara frontal tanpa akal
sehat, bisa dibayangkan bagaimana kekecewaan mereka melihat pemimpin – pemimpin
mereka sekarang malah mesra satu sama lain, kecewa.. sudah pasti.
Fenomena manusia – manusia yang
kecewa ini biasanya ujung – ujung nya menjadi oposisi terpaksa atau terpaksa
Oposisi atau membuat kelompok – kelompok barisan sakit hati dan ujung –
ujungnya yah tetap jadi oposisi juga, dan oposisi ini terbagi menjadi dua,
oposisi non parlemen (ini biasanya relawan yang kecewa) dan oposisi parlemen
(nah kalau ini koalisi partai yang kepentingannya tidak terakomodasi). Berbicara
tentang kekecewaan, menurut mbah google Kecewa adalah ungkapan rasa akibat harapan
dan hasilnya tidak sama. Pernahkah Anda kecewa atau dikecewakan? ... Kecewa
adalah ungkapan rasa akibat harapan dan hasilnya tidak sama. Jika Anda pernah
kecewa pada seseorang, berarti Anda terlalu berharap pada orang itu, sementara
hasilnya tidak seperti yang Anda harapkan. Sedangkan kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kecewa adalah : kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya,
harapannya, dan sebagainya); tidak senang.
Jadi intinya orang yang kecewa tidak
lain didasari karena harapan yang tidak seindah kenyataan… mirisss.. hiks..
hiks..hikss
Berbagai ungkapan kekecawaan banyak
mewarnai berbagai media setelah pelantikan Menteri kabinet Jokowi – Ma’ruf Amin,
banyak dari kubu Jokowi atau mantan tim sukses Jokowi Ma’ruf dan tidak sedikit
juga dari mantan relawan Prabowo Sandi yang mengungkapkan kekecewaannya di
media sosial
Kekecewaan mereka memang sangat
beralasan dan mereka semua pantas kecewa karena tidak ada makan siang yang
gratis.
Tapi menurut https://dictionary.cambridge.org Volunteer
atau relawan adalah a person who does something, especially helping other people, willingly
and without being forced or paid to do it.
Dan menurut googlingan saya, Volunteer
itu adalah seseorang atau sekelompok orang yang
secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya
(pikiran, tenaga, waktu, harta, dsb) kepada masyarakat sebagai perwujudan
tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah),
kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karier.
Bahkan pada saat masa kampanye semua
para pendukung kedua kubuh selalu mendengungkan dukungan tanpa pamrih, dukungan
tanpa imbalan, murni sebagai relawan tanpa ada embel – embel balas jasa dan
lain sebagainya. Tapi itu pada masa kampanye, setelah yang di dukung menang,
dengan sendirinya muncul harapan “remuneration politik” dan “reward politik”,
dunia juga tahu tidak ada yang GRATIIIIS di Politik tidak ada makan siang
gratis di politik, namanya saja dukungan politik bukan dukungan sosial sudah
barang tentu pasti ada balas jasa yang tersirat. Di Indonesia politik dari
skala RT RW sampai ke skala Nasional banyak memakan korban, korban materi, tenaga dan korban perasaan,
dari ketiga “korban” ini, korban perasaan secara Politiklah yang paling fatal, bisa mengakibatkan perang opini hingga
perdebatan gak penting di media sosial dan elektronik. Tapi ada kalanya korban
perasaan secara politik berdampak positif pada perbendaharaan jumlah Partai
politik di Negara kita,
tentu kita masih ingat ketika petinggi -
petinggi Parpol A, B, C, D berseteru dan dari perseteruan itu menghasilkan
orang – orang yang “korban perasaan secara politik” dampak dari korban perasaan secara politik
bisa berakibat lahirnya partai – partai baru, tidak bisa dipungkuri partai –
partai yang selama ini bermunculan terlahir dari “Patah Hati Politik”, “korban
perasaan secara politik” .
kembali lagi menyoal kekecewaan dari
para tim suskses dari kedua kubu, menjadi pembelajaran politk (lagi) untuk
siapa saja yang mau memberi dukungan secara politik, kedepannya tidak salah
bila organisasi, atau kelompok masyarakat yang ingin memberikan dukungan
politik kepada siapa saja, terlebih dulu menyodorkan draff perjanjian politik
atau kontrak politik yang mempunyai ikatan secara hukum yang mengikat oleh
kedua belah pihak agar tidak terjadi lagi patah hati politik secara massal.
Jadi sangat jelas di Indonesia
dukungan politik tanpa pamrih itu adalah omong kosong, dikarenakan biaya
politik itu sangat mahal.. iyah sangat mahal!!...
Masih mau percaya dukungan Politik itu
Tanpa Pamrih???
Lekar
MixNewsDotCom